Bima Ngaji
Oleh: Agung Purwantara
PADA suatu ketika Bima begitu galau. Pikirannya kalut oleh kenyataan hidup. Ingin rasanya dia mencapai kebahagiaan hakiki atas hidupnya. Maka dia menemui gurunya Rsi Durna, kemudian mengembaralah dia atas perintah gurunya.
“Lihatlah ke atas sana, Ngger. Yang terlihat jelas dari sini itu adalah puncak Gunung Candramuka. Di sanalah tempat Kayu Gung Susuhing Angin itu berada, anakku.”
Singkat cerita sampailah Bima ke puncak gunung Candramuka yang mempuyai dua gua. Bertemu dengan dua raksasa yang kemudian dikalahkannya. Dua raksasa itu adalah gambaran dari sifat buruk Bthara Indra dan Bayu.
Maka bertanyalah Bima tentang Kayu Gung Susuhe Angin. Lalu dijelaskan, “Gunung Candramuka adalah cerminan wajahmu. Kayu besar tempat bersarangnya angin itu adalah badan hidupmu sendiri, tempat keluar masuknya nafas. Tempat pertempuran kebaikan dan keburukan. Kebahagiaan hidup adalah menangnya kebaikan atas keburukan sampai nafas berhenti.”
*** Sementara itu***
Mudik bagi orang Jawa itu sejarah. Plesetan dari kata ziarah. Orang Jawa yang merantau akan berusaha mudik bila lebaran tiba. Setelah berpuasa sebulan penuh, ketika tiba hari kemenangan yang diingat adalah orang tua, kampung halaman, teman masa kecil. Maka berbondong-bondong mereka pulang untuk berziarah.
Menziarahi asal muasal kedatangan kita melalui orang tua kita dan di kampung halaman kita. Mengingatkan asal muasal keberadaan kita. Itulah sekelumit dari ziarah sangkan paraning dumadi. Tuhan mendatangkan kita di dunia ini melalui kedua orang tua kita. Mereka hidup dan makan dari hasil tanah kampung halaman. Badan kita dibentuk dari sari pati tanah tempat hidup ibu bapa kita. Begitulah, semoga mudik adalah niat ziarah asal hidup kita.@