Denok Deblong #10
Ternyata, Cinta Itu Indah
Oleh: Jendra Wiswara
Apakah penari pernah jatuh cinta?
Pernah, Nini Denok menyahuti.
“Aku pun pada waktu itu jatuh cinta dengan seorang laki-laki waktu di acara hajatan. Baru pertama kali itulah aku merasakan jatuh cinta dengan seorang laki-laki. Walau aku sudah menikah, namun suamiku tidak melarang aku untuk menjadi penari.”
Nini Denok mengaku, ia sangat mencintai laki-laki itu. Laki-laki itu adalah seorang aparat. Postur tubuhnya tinggi besar dan gagah. Ia bertugas di daerah Nini Denok.
Perkenalan Nini Denok dengan aparat yang sangat dicintainya ini, terjadi saat ia menjadi penari di sebuah pertunjukan.
Ternyata, sang aparat juga menyukai Nini Denok. Saat itu Nini Denok tidak tahu, kalau sang aparat itu hanya menyukai lahiriahnya saja.
Dan, perselingkuhan terjadi.
Di akhir kisahnya, sang aparat akhirnya menjadi suami Nini Denok untuk kesekian kalinya. Dari situ barulah Nini Denok mengetahui bahwa suaminya tipe laki-laki pencemburu.
Nini Denok seringkali diperlakukan kasar.
Nini Denok malam itu terlihat begitu sendu. Matanya menerawang. Ia ingin bercerita panjang tentang lelaki yang dicintainya.
Sang aparat, meski pencemburu, pada akhirnya bertekuk lutut di pelukan Nini Denok. Hingga ia tega meninggalkan anak dan istrinya.
Namun, sifat pencemburu sang aparat yang akhirnya menikahi Nini Denok secara siri itu, tetap terus ada walau sudah tinggal satu atap.
“Terus terang, sejak aku belum menikah sampai menikah dengan suami yang pertama, belum pernah aku menemukan arti cinta. Justru dengan suami aparat ini aku bisa merasakan bahwa cinta itu indah.”
Wajahnya tiba-tiba sumringah bercerita tentang lelaki itu. Ia benar-benar tidak bisa melupakan kenangan indah bersama seorang yang sangat dicintainya. Ia juga tidak perduli, meski orang itu sering berbuat kasar pada dirinya.
“Suamiku yang satu ini sering memperlakukan dengan kasar. Setiap dia tahu aku akrab dengan laki-laki di acara hajatan, pulangnya pasti aku ditampar. Itu tidak satu kali, tapi seringkali. Aku sadar, sebenarnya yang dia lakukan padaku itu karena dia cemburu. Tapi yang aku tidak habis pikir, apakah dia tidak sadar bahwa istrinya adalah seorang penari. Aku harus bersikap ramah terhadap pengagum.”
Perempuan itu diam. Matanya memandang langit-langit rumahnya yang gelap. Sepertinya, di langit-langit rumahnya ini, masih tersisa kenangan indah bersama suami keduannya. Tiba-tiba Nini Denok tersenyum sendiri.
“Yah, mungkin ini sudah nasibku, Mase. Kebanyakan, laki-laki yang ingin memiliki diriku, adalah lelaki yang sudah punya anak istri. Aku sendiri juga heran. Apakah ini yang salah suaminya, atau istrinya hingga ada orang yang selingkuh.” [bersambung]