Denok Deblong #9
Menikahi Suami Orang
Oleh: Jendra Wiswara
Sementara air jahe panas yang digelas mulai kering. Yang tersisa hanyalah gerusan ampas jahe, yang sari patinya sudah hilang bersama air.
Malam pun semakin larut. Nini Denok masih menyandarkan kepalanya.
“Suamiku yang pertama, usianya jauh beda dengan aku. Pada waktu aku nikah dengan suamiku yang pertama, usiaku masih 18 tahun. Aku dijadikan istri simpanan. Sedangkan suamiku saat itu sudah berumur 55 tahun,” tiba-tiba saja perempuan ini mengenang kisah perkawinannya.
“Nini mencintainya?”
“Hmm…”
Ia diam sebentar. Menarik nafas panjang.
“Aku terpaksa harus menikah dengan suamiku, karena dia kaya raya. Dia seorang mandor kayu yang sukses. Siapa orang yang tidak kenal dengan suamiku pada waktu itu”.
Sepertinya kehidupan seorang penari sangat misterius. Memang tidak ada orang yang mau hidup miskin. Pun Nini Denok.
Saat menerima tawaran menikah, hal pertama yang dilihat Nini Denok adalah materi.
“Jadi Nini mau dinikahi suami Nini yang pertama tidak berdasarkan cinta?”
“Ya jelas dong Mase. Sekarang mana mungkin ada wanita yang masih muda belia, seksi, cantik, mau nikah dengan laki-laki yang sudah pantas menjadi kakeknya itu,’’ kalimatnya pedas menyembur keluar.
Perempuan ini, ternyata menikah setahun setelah menjadi penari. Seperti cerita sebelumnya, suaminya adalah seorang lelaki yang pantas jadi kakeknya.
***
Genap satu tahun menekuni dunia tari, nama Nini Denok mulai dikenal banyak orang.
Sebagai penari muda, Nini Denok mulai diperhitungkan.
Di kampung manapun, setiap ada acara hajatan, tidak akan pernah meriah kalau tidak mendatangkan Nini Denok.
Dalam kurung waktu satu tahun itu pula, Nini Denok sudah menjadi primadona.
Laki-laki berbagai usia, yang doyan dengan tontonan hajatan, semuannya sudah kenal dengan namanya Nini Denok.
Salah satu pemujanya, adalah suami kedua.
Ia seorang laki-laki yang sudah berumur. Ia memiliki kedudukan dan harta yang melimpah ruah di daerahnya. Dia juragan kayu, tapi sudah tua.
Kepada Nini Denok, ia menawarkan akan memberikan apa saja asal Nini Denok mau dinikahi.
Saat itu, si juragan kayu tadi sudah punya anak istri.
Mereka pun menikah.
Nini Denok cerita, ada satu hal yang menarik dari suaminya.
Ternyata, suami Nini Denok itu mengalami masalah lemah syahwat alias impoten. Walau begitu perkawinan Nini Denok hanya bertahan dua tahun.
“Bukan masalah kesetiaan yang aku pertaruhkan dalam membina rumah tangga dengan suamiku yang pertama, Mase. Melainkan, hanya karena materi,” kalimat ini terdengar jujur.
“Bagaimana rasanya setelah menjadi janda pada usia sangat muda?”
“Ya, sebagai wanita normal, waktu itu aku juga merasa kesepian. Apalagi dengan suami yang impoten. Mana mungkin aku bisa puas dalam urusan batin. Dan, waktu itu juga aku sudah tidak perawan lagi. Tentunya gairah dan keinginan untuk melakukan itu, susah dibendung,” kata-katanya meluncur deras. [bersambung]