Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Denok Deblong #8

Pakai Susuk

Oleh: Jendra Wiswara

Sore itu menginjak malam. Belum terlalu larut. Tapi, terasa begitu sunyi. Obrolan ditemani wedang jahe. Sehingga udara dingin Gunung Wilis sedikit terusir.

“Aku sendiri heran dengan laki-laki?” Tiba-tiba Nini Denok berkata lagi.

“Wanita seperti aku kok banyak yang menyukai. Padahal, masih banyak wanita lain, yang tidak kalah cantiknya denganku. Bahkan juga seksi-seksi,” ia melanjutkan.

Keduanya terdiam. Lalu, dalam hening Nini Denok berkata. Terkadang, ia juga aneh melihat lelaki yang suka lupa daratan bila sudah jatuh cinta dengan wanita lain. Termasuk penari. Ini yang membuat Nini Denok terkadang jadi serba salah. Karena, ia sering dianggap menjadi wanita yang suka merebut suami orang.

“Apa resepnya bisa menarik perhatian lelaki?”

Nini Denok melengos.

“Aku merasa tidak mempunyai kelebihan apa-apa. Dalam urusan ranjang pun, aku tak jauh beda dengan wanita lain yang ingin memberikan kepuasaan terhadap suaminya,” katanya.

“Tapi, kenyataannya banyak lelaki yang memburu?”

Ia diam lagi. Ada sesuatu yang sedang dipikirkannya.

“Memang aku akui. Semua suamiku, tidak ada yang tidak pernah puas dalam hal ranjang. Mereka semua sering kali memuji aku sebagai wanita yang sempurna dalam urusan ranjang. Aku sendiri tidak pernah merasa seperti itu,’’ kali ini ia mulai terbuka.

Lalu, dengan lancar dan suara pelan ia bercerita. Katanya, sebagai istri ia tak pernah menolak jika diajak bercinta dengan suaminya. Yang penting tidak keterlaluan.

***

Suara jangkrik, katak dan burung hantu mulai terdengar. Rumah Nini Denok yang sudah berusia puluhan tahun, terasa begitu dingin.

Terdengar suara tokek.

“Tokek itu sudah ada disini sejak ibu saya masih hidup. Dulu, kalau saya nakal dan bangun malam dan tidak mau tidur, pasti ibu, nenek, dan kakek, akan menunggu datangnya suara tokek itu. Aku sangat takut dengan suara tokek,” katanya mengenang masa-masa yang telah hilang itu.

Wajah perempuan itu berubah. Ia menatap pojok langit, tempat tokek itu berbunyi. Jari-jemarinya mengambil gelas. Menyeruput air jahe yang masih panas.

“Kelihatannya sampeyan sangat suka air jahe panas?’’

“Ya, air jehe hangat ini biar suara kita merdu kalau nembang.’’

“Ngompng-ngomong, apa rahasia untuk merawat tubuh biar tetap sintal?’’

“Ah, Mase ini dari tadi yang dibicarakan kok tubuhku terus sih?’’ Tiba-tiba saja ia sewot. Tapi, tidak lama. Setelah itu, ia senyum kembali.

Menjadi penari, tak bisa lepas dari urusan mistis. Untuk tetap terlihat cantik dan menarik, ada sentuhan dunia ghaib buat para penari, begitu kata Nini Denok.

Sentuhan mistik apa yang ia pakai untuk tetap mempertahankan dirinya agar orang tetap tertarik padanya?

Pelan ia menyeruput wedang jahenya.

“Ini sebenarnya rahasia para penari, Mas. Beberapa penari di daerah sini, untuk lebih memperkuat kecantikannya mereka pakai susuk. Menurut banyak orang, susuk yang dipakai oleh penari biasanya untuk memikat laki-laki. Ada pula yang memakai susuk untuk menambah aura penari itu. Sepertinya, dari tubuh penari memancar kekuatan lain,” kata Nini Denok.

“Berarti, sampeyan juga memaki susuk?”

Sekali lagi, perempuan ini tidak segera menjawab pertanyaan itu. Ia seperti berpikir. Ada guratan di keningnya, tanda ia sedang memikirkan sesuatu.

“Iya, Mas. Di tubuhku juga ada susuknya. Namun susuk yang aku pakai, lain dengan susuk-susuk yang ada di pasaran. Biasanya, susuk itu banyak yang terbuat dari emas, intan, bahkan dari besi bertuah”.

“Susuk apa yang sampeyan pakai?’’

“Aku memakai susuk dari jenis binatang hidup. Namanya, Susuk Sambar Lilin. Itu sejenis serangga yang mempunyai sayap sangat indah sekali. Warnanya hijau, hitam merah, biru. Pokoknya indah seperti pelangi”.

Ia namakan sambar lilin sebab bahannya memang berasal dari binatang sejenis serangga. Kalau dipegang oleh orang yang pintar, akan mengasilkan kekuatan magis yang sangat dahsyat.[bersambung]

 

Komentar
Loading...