Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Denok Deblong #5

Suka Dicintai, Tidak Suka Mencintai

Oleh: Jendra Wiswara

Suasana yang tadinya canggung, kini menjadi cair. Itu karena sikap Nini Denok yang gampang beradaptasi dengan siapapun. Namanya juga penghibur. Kalau tidak begitu, dia tidak akan dikenal orang.

Bagaimanapun, sulit bagi seorang penari tidak akrab terhadap penggemar atau penontonnya. Dia harus bisa mencairkan suasana. Sebab di setiap pergelaran hajatan, seorang penari harus menjamu tamunya. Semakin baik ia menjamu, berarti semakin lakulah dia.

Sekali lagi, bagi orang awam, atau bagi orang biasa, agak sulit membayangkan bagaimana mempunyai istri seorang penari.

Tiba-tiba saja Nini Denok membuyarkan lamunan.

“Lho, kok malah melamun Mas?’’ Tanyanya.

Agak gelagapan juga si tamu mendapat pertanyaan itu.

“Ah, enggak. Cuma mikir, gimana nanti saya pulang ya?”

Tiba-tiba saja suami Nini Denok tersenyum. Dia berkata:

“Ndak usah khawatir, Mas. Tidur sini saja. Lagi pula rumah Mas jauh. Kebetulan masih ada satu lagi kamar kosong di belakang. Tapi biasa Mas, rumah orang desa, kotor.”

Lelaki ini, benar-benar suami penari. Ia sama sekali tidak terlihat canggung terhadap lelaki asing, yang punya keperluan terhadap istrinya. Padahal, ia sama sekali belum tahu, siapa lelaki asing itu.

“Iya mas! Tidur di sini saja. Kan saya tidak sendirian. Ada nenek dan kakek saya. Lagi pula, jalan pulang dari kampung sini ke kampung lain harus melewati hutan,” Nini Denok menimpali.

Ah, benar-benar makin aneh. Berada di rumah penari, bersama suaminya, terasa tidak seperti di rumah seorang yang sedang berumah tangga.

Tiba-tiba saja suami Nini Denok berdiri dari tempat duduknya. Ia pamitan.

“Aku tinggal dulu, Mas. Aku harus pergi ke ladang. Sekarang musimnya kawanan babi liar menjarah ladang,” kata suaminya.

Sepertinya, ia memang menginginkan suaminya pergi dan meninggalkan mereka berdua dengan tamu barunya. Meski begitu, Nini Denok masih berusaha mengingatkan suaminya.

“Jangan lupa pakai baju hangat. Juga bawa air panas dan kopi,” katanya.

Ah, lelaki yang baru menikahi penari itu, terasa bukan seperti pengantin baru.

Wajahnya biasa saja saat suami, yang baru saja menikahi dirinya, pergi. Menjadi penari, memang harus mandiri.

Begitulah Nini Denok.

Ia kembali ke lelaki yang baru dikenalnya. Tak ada perasaan was-was, atau perasaan lain yang menunjukkan, bahwa sang suami akan pergi bermalam. Nini Denok malah melempar senyum.

“Suami Nini kelihatan baik sekali?” Si tamu membuka obrolan.

“Ya jelas dong, Mase. Dia kan sangat cinta sekali sama saya. Aku orangnya suka dicintai bukan mencintai,” terlihat jelas Nini Denok begitu bangga sambil mesam-mesem.

“Sudah sore Mas, tidak mandi dulu? Tadi kan habis perjalanan jauh? Apa perlu dimandikan,” katanya menawarkan diri.

Perempuan ini benar-benar sudah terbiasa menghadapi lelaki. Yang asing sekalipun.[bersambung]

 

 

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...