Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Memaknai Hari Buku Anak Internasional 2024

REKAYOREK.ID Tanggal 2 April telah lewat di tahun ini. Namun, makna dari hari itu terus berputar dari tahun ke tahun. Dua April dicatat sebagai Hari Buku Anak Internasional (International Children’s Book Day – ICBD).

Peringatan itu berlatar belakang dari hari kelahiran pengarang buku anak terkenal dunia, Hans Christian Andersen.

Andersen adalah seorang penulis asal Denmark, yang lahir pada tanggal 2 April 1805 dan wafat pada tanggal 4 Agustus 1875 pada usia 70 tahun (ditpsmp.kemdikbud.go.id).

Andersen dikenal atas berbagai karya dalam genre cerita, drama, dan puisi, termasuk cerita fiksi kerajaan dan kisah tentang peri. Beberapa karyanya yang terkenal antara lain “The Emperor’s New Clothes,” “The Little Mermaid,” “The Nightingale,” “The Snow Queen,” “The Ugly Duckling,” dan sebagainya.

Karyanya, yang luar biasa dalam menciptakan bacaan yang menarik untuk anak-anak, menyebabkan tanggal kelahirannya dijadikan Hari Buku Anak Internasional. Tentunya semangat ini memacu siapapun di dunia ini dalam berkarya menulis buku buku anak.

Ada istilah “think globally, act locally”. Secara lokal, jika ada konten konten lokal (local wisdom) yang bisa ditulis menjadi sebuah buku yang nilainya universal (global), maka buku itu akan merajut kebersamaan dunia. Apalagi konten itu adalah karakter bangsa Indonesia.

Buku anak berasara dan bahasa Jawa “Titi Tikus Ambeg Welas Asih” bernilai moral dan budaya Jawa. Foto: nanang

 

Sebuah buku dalam Aksara Jawa dan Bahasa Jawa, yang ditulis oleh Ita Surojoyo dengan judul “Titi Tikus Ambeg Welas Asih (2023)” adalah sebuah contoh nyata. Buku ini adalah buku anak, yang berisi tentang cerita fabel dan berisi tentang karakter tokoh Titi (tikus) yang suka menolong pihak lain.

Tokoh Titi Tikus di Candi Tikus. Foto: nanang

 

Selain itu, buku ini ditulis dalam Aksara dan bahasa Jawa untuk menjawab kelangkaan buku buku anak dalam Aksara Jawa. Atas pengalaman Ita Surojoyo, yang sangat kesulitan mendapatkan buku buku cerita anak yang ditulis dalam Aksara dan Bahasa Jawa, maka dirinya berinisiasi menulis buku cerita anak dalam Aksara dan bahasa Jawa.

Ita Surojoyo adalah pengajar bahasa Inggris di sebuah lembaga konsultan pendidikan luar negeri di Surabaya. Dengan kemampuan otodidaknya dalam Aksara Jawa, ia memberanikan menulis buku anak beraksara Jawa. Kini ia melanjutkan menulis buku anak serial Titi. Titi adalah tokoh dalam cerita.

Buku adalah jendela ke dunia yang tak terbatas. Dengan membaca, kita bisa mengunjungi tempat-tempat baru, bertemu dengan karakter yang menginspirasi, dan belajar tentang budaya yang berbeda-beda.

Melalui halaman-halaman buku, kita bisa merasakan petualangan di hutan belantara, mengelilingi kota-kota megah, atau bahkan menjelajahi galaksi-galaksi di luar angkasa. Demikian dikutip dari ditpsmp.kemdikbud.go.id. Peringatan Hari Buku Anak Internasional ini dimulai pada 2 April 1967.

Panutan

Buku buku dengan nilai nilai karakter di dalamnya menjadi panutan untuk digugu dan ditiru. Apalagi nilai nilai itu bersifat universal, yang bisa berlaku secara global.

Nilai nilai karakter itu menjadi guru. Saking pentingnya buku anak, sampai sampai menjadi kiasan sebuah harapan indah bagi kaum dewasa. Yakni sebuah harapan kehidupan yang indah bagai kisah kisah dalam buku cerita anak.

Misalnya kisah buku anak yang dijadikan dalam konten lagu dewasa seperti Storybook Children. Mari kita ikuti pesan dalam lirik lagu ini.

Storybook Children

You’ve got your world and I’ve got mine
And it’s a shame
Two grown up worlds that will never be the same

Why can’t we be like storybook children
Running through the rain
Hand in hand across the meadow.

Why can’t we be like storybook children
In a wonderland
Where nothing’s planned for tomorrow

You’ve got his ring
You’ve got his heart
You’ve got his baby.

And whether it’s too late to turn away
And start all over again
Oh no, don’t tell me it’s too late baby

Why can’t we be like storybook children
Running through the rain hand in hand
Across the meadow

Why can’t we be like storybook children
In a wonderland, In a wonderland
Where nothing’s planned for tomorrow

oh hoo..
How happy we would be
If only we were storybook children.

Dunia anak memang indah. Mereka seolah tidak memiliki beban kehidupan kemana harus melangkah. Kecuali melangkah untuk bermain dan bersenang. Selamat Hari Buku Anak Internasional 2024.@nanang

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...