Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

P. Regout Pembuat Keramik Berlogo Sphinx yang Terkenal di Jamannya

REKAYOREK.ID Petrus Laurentius Regout atau umum disingkat P. Regout adalah seorang industrialis dan politikus berkebangsaan Belanda. Di masa hidupnya (23 Maret 1801-18 Februari 1878), dia sukses memproduksi banyak keramik dan barang pecah belah kaca.

Keramik buatan Belanda, yang banyak ditemukan di Indonesia, banyak diantaranya merupakan hasil produksi Petrus Regout. Keramik produksi pabrik Petrus Regout, yang ditemukan di situs-situs masa kolonial di Indonesia, mudah dikenali karena cap logo yang tertera bagian bawah, yang dikenal dengan nama De Sphinx dan Aksara Jawa.

Dalam banyak produk hasil produk Petrus Regout, khususnya yang sering ditemui di Indonesia, terdapat logo: P. Regout Maastricht beserta kata-kata bertuliskan Aksara Jawa.

Pada cap yang terlihat seperti stempel itu, pada bagian atas terdapat nama P. Regout. Pada bagian tengah ada angka tahun A. 1836 lalu di bagian bawah sama kota Maastricht.

P. Regout, tahun 1836, Maastricht. Semua dialihaksarakan ke dalam Aksara Jawa.

Selain itu, P. Regout juga memasang sebuah logo yang menjadi kekhasan produknya. Produk keramik Regout menggunakan merek dagang “Koninklijke Sphinx” dengan menggunakan logo Sphinx biru pada profil utamanya.

Logo Sphinx ini sebagaimana disimbolkan pada produk arsitektur bangunan di kawasan kota Eropa Surabaya, tepatnya di Jalan Jembatan Merah. Secara fisik bentuknya seperti seekor singa. Karenanya warga lokal menyebutnya gedung Singa tapi ini adalah gambaran binatang mistik yang tampak seperti seekor Singa yang bersayap.

Singa berkepala manusia menjadi simbol produk P. Regout. Foto: dok Rajapatni

 

Melihat logo produk P. Regout ini, pasangan Max Meijer dan Petra Timmer yang sedang mengawali proyek Revitalisasi Makam Peneleh, mulai tertarik karena melihat relevansi ꦭꦺꦴꦒꦺꦴ logo beraksara Jawa dengan apa yang sedang trending di Surabaya. Yaitu Aksara Jawa.

Petra Timmer mengatakan bahwa dirinya mengoleksi gerabah kawa buatan P. Grout dengan tulisan Aksara Jawa. Selama ini ia belum tau bagaimana keberadaan Aksara Jawa. Setelah mendengar kisahnya dari pendiri Puri Aksara Rajapatni, Ita Surojoyo, Petra dan Max menjadi tertarik.

Sepasang piring bercap Aksara Jawa. Foto: dok rajapatni

 

Apalagi ketika mereka berkunjung ke Museum Pendidikan Surabaya, mereka juga mendapat kisah Aksara Jawa kaitannya dengan Museum Pendidikan Surabaya.

Di Museum Pendidikan Surabaya tersimpan benda benda bersejarah yang ditulis dalam Aksara Jawa. Wujudnya berupa manuskrip. Karena Museum Pendidikan Surabaya tidak hanya mengoleksi artefak artefak saja, tetapi juga memperkenalkan isi dan pesan artefak, maka Museum Pendidikan Surabaya bekerjasama dengan komunitas pegiat Aksara Jawa, Puri Aksara Rajapatni.

Dalam kerjasama itu, dibukalah kelas Sinau Aksara Jawa sebagai jembatan untuk mengenal manuskrip yang menjadi koleksi museum Pendidikan.

Bagi Max dan Petra, geliat kebudayaan melalui Museum ini sangat menarik. Apalagi Max adalah konsultan museum kelas dunia. Mereka sudah melanglang dunia untuk memberi tak penyuluhan dalam pengelolaan museum. Di Indonesia, Max dan Petra sudah langganan berbicara di Museum Museum serta universitas terkait dengan permuseuman.

Ita Surojoyo, Petra Timmer dan Max Meijer berdiskusi tentang keberadaan Aksara Jawa di Belanda. Foto: nanang RAR

 

Produk barang pecah belah produksi P. Regout dengan tulisan Aksara Jawa inilah yang mulai mengikat kelompok pegiat sejarah dan budaya TiMe Aksara Jawa Puri Aksara Rajapatni dengan konsultan museum dan cagar budaya “TiMe Amsterdam Belanda.

Mereka: Max Meijer dan Petra Timmer pun menunjukkan foto keramik bercap Aksara Jawa di HP nya kepada pendiri Puri Aksara Rajapatni, Ita Surojoyo pada Kamis malam (29/2/24).

Bagi Max, simbol pabrik P. Regout di kota Maastricht ini sangat penting dan menjadi bukti peradaban literasi Aksara Jawa yang menjadi bagian dari industrialisasi di kota Maastricht.

jika di kemudian hari, barang serupa dengan cap Petrus Grout dan Aksara Jawa bisa didapat, bukan tidak mungkin barang itu bisa menambah koleksi Museum Pendidikan Surabaya. Karenanya, TiMe Amsterdam akan menjalin kontak dengan Puri Aksara Rajapatni untuk membina kerjasama di bidang kebudayaan, khususnya Aksara Jawa.@nanang RAR

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...