Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Riset Tipologi Pemakaman Eropa Peneleh Untuk Acuan Revitalisasi

Kegiatan ini adalah inisiatif komunitas untuk upaya revitalisasi fisik dan non fisik makam sehingga nantinya bisa dimanfaatkan untuk menambah kesejahteraan masyarakat.

REKAYOREK.ID Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mencanangkan Pengembangan Peneleh sebagai Kampung Wisata Sejarah kota Surabaya dalam Festival Peneleh pada 8 Juli 2023 lalu. Selanjutnya Tim Riset Begandring Soerabaia menindaklanjuti dengan memetakan Tipologi Makam Eropa Peneleh, yang nantinya dapat dipakai sebagai acuan dalam revitalisasi pemakaman Eropa yang berusia 176 tahun.

Tim riset ini dipimpin oleh Yayan Indrayana, S.T bersama Dian Nur Aini, Agus Santoso, Khusnul Avivah dan Kukuh Yudha Karnanta. Penelitian difokuskan pada pengelompokan berdasarkan type atau jenis bentuk struktur/arsitektur makam. Dari sekitar 2.750 makam di lahan seluas sekitar 4,5 hektar ini secara umum dapat dikelompokkan kedalam 10 model bentuk makam.

“Untuk sementara secara arsitektural makam kami bisa kelompokkan menjadi 10 model. Ada yang berbentuk tugu, model miring ke depan dan lain lain”, jelas Yayan di Lodji Besar pada Jumat malam (11/8/2023).

Yayan menambahkan bahwa penelitian mengenai type type bangunan makam ini belum ada yang melakukan.

“Kalau penelitian tentang simbol simbol keyakinan dari mereka yang dikubur di sini sudah ada. Misalnya simbol Kristiani, simbol freemason dan Yahudi. Tapi untuk yang arsitektural ini belum ada”, tambah Yayan.

Memang sudah banyak makam yang secara fisik rusak. Batu nisan yang terbuat dari marmer hilang sehingga kehilangan pula identitas orang yang dikubur. Ada juga makam makam yang dijarah sehingga pada bagian depan berlobang. Ini juga menghilangkan identitas registrasi makam.

Kegiatan penelitian dilakukan pada sore hari setiap hari. Foto: Begandring

 

Untungnya tim Riset Begandring memiliki data untuk mencari identitas kuburan yang telah kehilangan nisan dan nomor registrasi. Contohnya ketika menemukan tengkorak dan tulang belulang di sebuah makam yang telah kehilangan nomor registrasi dan nisan, Begandring mampu melacak identitas makam itu. Berdasarkan data dan sistem pencarian yang dimiliki Begandring, diketahui bahwa makam yang telah kehilangan identitas itu adalah makamnya Maria van den Bolk yang meninggal pada 1 Juli 1888 dengan nomor registrasi B 1143.

Dengan sistem yang dimiliki Begandring dan dengan hasil penelitian tipologi makam yang sedang dilakukan ini, kelak akan menjadi cara bagaimana melakukan revitalisasi makam Eropa Peneleh.

Nanang Purwono, ketua Begandring Soerabaia, menegaskan bahwa penelitian yang sudah berlangsung hampir dua minggu ini sebagai komitmen komunitas atas agenda pemerintah kota Surabaya yang dicanangkan wali kota Surabaya, Eri Cahyadi dalam Festival Peneleh 2023.

“Kami melakukan penelitian dengan dua jalur. Pertama secara fisik, yaitu penelitian tipologi makam. Kedua secara non fisik, yaitu penelitian naratif historis tentang siapa saja yang dikuburkan “, kata Nanang.

Kegiatan ini adalah inisiatif komunitas untuk upaya revitalisasi fisik dan non fisik makam sehingga nantinya bisa dimanfaatkan untuk menambah kesejahteraan masyarakat.

Secara fisik model dan arsitektur makam makam di Peneleh ini sangat menarik dan bisa menjadi laboratorium seni arsitektur bagi khalayak umum, utamanya mahasiswa arsitektur dan sipil.

Secara nonton fisik banyak nilai nilai universal yang bisa dipelajari oleh masyarakat dunia tentang tokoh dan orang yang dimakamkan pemakaman Eropa terbesar di Indonesia ini.

“Mereka yang dimakamkan disini adalah pelopor pelopor bangsa (Hindia Timur) di eranya yang warganya terdiri dari macam macam kebangsaan dan suku. Mereka membangun negerinya yang kala itu belum disebut Indonesia. Di pemakaman ini ada perintis bahasa Melayu, ada perintis politik etis, ada perintis keagamaan seperti agama Katolik, Kristen dan Kristen Jawi Wetan hingga perintis fotografi”, jelas Nanang Purwono.

Ahli Waris

Case van der Linden, seorang kewarganegaraan Amerika Serikat berdarah Belanda kelahiran Surabaya dalam sambungan telephone pada Rabo malam (9/23) mengatakan bahwa dia memiliki anggota keluarga yang dimakamkan di Peneleh.

Johannes Jacob van der Linden (kiri) , kepala penasehat hukum walikota Surabaya Moestadjab dan Walikota Moestadjab (tengah) pada saat perpisahan pada 1954. Foto: koleksi Case v/d Linden

Johannes Jacob van der Linden (kiri) , kepala penasehat hukum walikota Surabaya Moestadjab dan Walikota Moestadjab (tengah) pada saat perpisahan pada 1954. Foto: koleksi Case v/d Linden

 

Case van der Linden adalah anak dari Johannes Jacon van der Linden, taff walikota Surabaya R. Moestadjab di bidang hukum. Ayah Case memboyong keluarga pindah ke Belanda tahun 1954. Selama masih tinggal di Surabaya, saudara Case yang meninggal dimakamkan di Peneleh. Hingga sekarang, meski Case dan keluarga sudah tinggal di Amerika, dia masih mengatakan dan mengakui dia Arek Suroboyo.

Mendengar kabar ada rencana pengembangan Peneleh, yang satu obyek diantaranya adalah makam Eropa Peneleh, Case yang menjadi ahli waris salah satu makam di Peneleh merasa senang.

Ayah Case kecil (kanan) J. J. van der Linden ketika masih kecil di Surabaya. Foto: Koleksi keluarga Case

 

Ayah Case kecil (kanan) J. J. van der Linden ketika masih kecil di Surabaya. Foto: Koleksi keluarga Case

“We appreciate if the Cemetery is taken care well” (Kami menghargai jika makam itu dirawat dengan baik), kata Case kepada Begandring.

Case adalah salah satu ahli waris yang masih memiliki hubungan dengan makam Peneleh. Masih banyak lagi ahli waris lainnya. Apalagi yang tinggal di negeri Belanda. Juga ada tamu tamu asal Belanda yang berziarah ke Peneleh.

Tidak hanya berziarah, mereka bahkan meminta tolong petugas setempat untuk memperbaiki makam leluhurnya yang rusak dengan memberi sejumlah dana perbaikan.

Dalam pengamatan tim riset Begandring, setidaknya ada dua makam yang baru baru ini diperbaiki. Kondisi fisik makam memang menjadi lebih bagus. Tetapi yang jadi masalah adalah, menurut tim riset, apakah perbaikan itu telah mengembalikan bentuk fisik sesuai aslinya. Perlu ada pengawasan dan panduan sehingga upaya perbaikan itu tidak merubah dan menyalahi kaidah restorasi bangunan cagar budaya.

“Jika ada perbaikan perbaikan makam secara pribadi, yang hanya memperhatikan agar secara fisik terlihat lebih baik tanpa memikirkan pertimbangan pertimbangan konservasi, maka dikhawatirkan perbaikan perbaikan itu akan menghilangkan nilai nilai historis dan heritage”, jelas Yayan.

Makam Eropa Peneleh memang belum berstatus Cagar Budaya, tapi masuk dalam kawasan Cagar Budaya Peneleh. Kiranya perlu ada penetapan khusus pada obyek Pemakaman Eropa Peneleh dan plakard status Cagar Budaya bisa dengan jelas dan tegas ditempel pada dinding bangunan Makam.

Makam Johannes Emde, Pelopor Kristen Jawi Wetan, di Makam Peneleh. Foto: Begandring

 

Misalnya, terhadap perbaikan pada makam Yohannes Emde, seorang pendeta mula Gereja Jawi Wetan, sudah mengalami perbaikan. Kondisinya sudah terlihat bagus. Tapi apakah sudah sesuai dengan tahapan tahapan konservasi. Ini tentu ada pihak yang bisa mengawasi dan menilai.

Makam Johannes Emde setelah diperbaiki. Foto: Begandring

 

Karenanya apa yang dilakukan Begandring Soerabaia ini adalah bagian dari seruan pentingnya mencagar budayakan Pemakaman Eropa Peneleh. Selain itu, hasil penelitian ini akan dijadikan bahan usulan panduan dalam revitalisasi fisik makam Peneleh.@Tim

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...