Aksara Jawa Merambah Pedagang Kaki Lima Hingga Hotel
REKAYOREK.ID Slowly but surely. Itulah peribahasa yang kiranya berlaku bagi aksara Jawa di Surabaya. Slow karena penggeraknya hanya berjumlah dalam hitungan jari. Sementara mereka yang tidak dan belum bergeming belajar Aksara Jawa. Jumlahnya sudah dalam hitungan bintang di langit atau hitungan pasir di pantai. Ya, seperti sebuah perbedaan antara bumi dan langit.
Namun demikian, penggerak aksara di Surabaya, khususnya yang tergabung dalam wadah komunitas budaya Puri Aksara Rajapatni ini, terus melangkah siang dan malam. Dalam tidur pun, mimpi menuntun.
Dalam rangka menyemarakkan Kota Lama Surabaya, komunitas budaya ini turut bersumbangsih secara mandiri (independen). Yaitu melakukan pendampingan warga dengan pembekalan konten sejarah Kota Lama dan aksara Jawa.
Aksara Jawa adalah wujud nilai budaya dari peradaban lokal yang ada. Yaitu masyarakat Jawa, yang telah dan sudah berdiam di kawasan dimana etnis asing berdiam kemudian. Etnis asing ini adalah Eropa, China, Melayu dan Arab.
Ketika Konsep Kota Lama dengan menjunjung empat etnis (Eropa, China, Melayu dan Arab), maka secara edukatif warga setempat diajak memahami tentang sejarah dan peradaban lokal yang sudah mendahuluinya. Yaitu bangsa Jawa dengan Aksara Jawanya. Melalui Aksara Jawa yang menjadi Aksara tulis itulah, warga setempat diajak mengenal. Harapannya warga setempat bisa sedikit lebih informatif tentang kampungnya.
Adapun sarana informasi penunjangnya adalah banner lapak jualan yang dibuat oleh peserta (pembelajar) sinau Aksara Jawa yang digelar oleh komunitas budaya Aksara Jawa Puri Aksara Rajapatni. Pembuatan banner beraksara Jawa adalah wujud Tugas Akhir (TA) setiap kelas.
Aksara Jawa dalam lapak di Kota Lama Surabaya. Foto: nanang
Untuk kelas Sinau Aksara Jawa (SAJ) yang berjalan adalah SAJ 3 dan tugas akhirnya membuat banner untuk PKL di Jalan Gelatik di kawasan Kota Lama Surabaya. Selain beraksara Jawa, isi banner juga ada nama jalan dalam bahasa Belanda dan sekaligus terjemahannya. Melalui terjemahan, warga dan pengunjung yang berjalan jalan di Jalan Gelatik dan Mliwis, bisa mengerti sejarah kampung itu.
Ada tiga warung PKL di jalan Gelatik. Yaitu Warung Mala, Warung Rujak Glathik dan Warung Mbak Atik. Banner untuk salah satu warung dipasang pada Jumat siang (28/6/2024). Yaitu di Warung Rujak Glathik. Lainnya akan dipasang jika lapak sudah terbangun.
Sedangkan pada Sabtu (29/6/2024) para pembelajar Sinau Aksara Jawa akan menyerahkan dua banner lainnya. Dengan dipasangnya satu banner di lapak Jalan Gelatik, banner edukatif ini telah menambah atraksi kawasan Kota Lama.
Di hari yang sama, Jumat, pegiat Aksara Jawa Puri Aksara Rajapatni naik ke hotel berbintang Lima di Jalan Embong malang, Surabaya. Yaitu Hotel JW Marriott. Disana dilakukan proses pembuatan video media sosial dengan konten Aksara Jawa yang dikonsep menjadi bagian dari layanan hotel kepada tamu tamu hotel.
“Ini konsep layanan well being dari hotel untuk tamu tamu kami, selain Yoga”, jelas Sesandy, Direktur Marketing Communication JW Marriott Hotel.
Belajar Aksara Jawa adalah belajar budaya dan peradaban serta nilai nilai yang terkandung di dalamnya. Tambah Sesandy.
Ada dua scene sebagai latar belakang pengambilan gambar. Pada scene pertama ditampilkan seorang tamu hotel sedang belajar menulis Aksara Jawa. Dengan pendampingan instruktur Aksara Jawa, sang tamu mulai menulis kata kata bijak. Misalnya Surabaya Kuat, Surabaya Hebat. Juga cuplikan lirik dari lagu lagu daerah. Misalnya Semanggi Suroboyo. Nilai-nilai lokal ini menjadi pesan pesan, yang bisa dipelajari dari Kota Surabaya.
Dari scene sebuah ruang belajar yang etnis Jawa, kemudian beranjak ke scene berikutnya. Yaitu di alam terbuka di mana sang Guru berharap agar nilai nilai luhur dari tulisan Aksara Jawa dapat menjadi oleh oleh.
Hotel JW Marriott adalah chain hotel kelas internasional yang mencoba menghadirkan nilai nilai lokal dimana bumi dipijak. Hotel JW Marriott adalah hotel internasional yang ramah kearifan lokal.@nanang