Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Amerika Serikat dan Uang Indonesia

Oleh: Salamuddin Daeng

BAGIAN paling menarik dalam sejarah Indonesia dan Amerika Serikat adalah dalam hal bagi-bagi uang. Presiden Obama dalam kesempatan kunjungan ke Indonesia mengatakan bahwa Indonesia dan AS memiliki hubungan sejarah yang panjang. Adakah yang lebih penting bagi Amerika selain sejarah uang dolar?

Bagaimana tidak? Terbitnya Amerika Serikat dan Terbitnya Indonesia pada tahun 1945 memiliki titik tolak yang sama yakni tukar guling pulau Run dengan New Amsterdam yang sekarang menjadi New York antara pihak VOC dengan United Kingdom.

Treaty of Breda pada 31 Juli 1667. Inti perjanjian tersebut adalah tukar guling wilayah. Pulau Run di Maluku yang dikuasai Inggris harus diserahkan ke Belanda. Sedangkan Belanda harus menyerahkan Nieuw Amsterdam ke Inggris.

Negara Amerika Serikat dimulai dari sini, dari suatu kota yang dibangun dengan jerih payah VOC dalam mengambil hasil bumi Nusantara emas dan rempah rempah nusantara menjadi tonggak Awal kejayaan Amerika Serikat. Selanjutnya Belanda membangun kembali New Hollande di sebelah Sukabumi yang kita kenal sekarang dengan nama Australia. Apa buktinya dalam peta peta kuno Australia sekarang dulu disebut New Hollande.

Seluruh dunia tahu bahwa Amerika Serikat mengambil bagian dalam proses perundingan bagi bagi aset, uang dalam serangkaian perundingan penyerahan kedaulatan Indonesia oleh Belanda hingga yang terakhir yakni Perundingan Meja Bundar (KMB). Belanda adalah penerima bantuan terbesar dari IBRD pasca perang dunia II dan bantuan bagi pemulihan ekonomi Eropa di bawah program Marshall Plan yang dirancang AS. Inilah awal dari kebangkitan AS sebagai pemenang perang dunia ke-2. Walaupun secara resmi AS dikatakan tidak terlibat dalam perang di laut Jawa sebagai perang puncak yang mengakhiri PD II. Bukti bahwa kapal Induk terbesar pertama AS konon katanya ditenggelamkan di Cilacap.

Sejarah bersambung dan tidak mungkin dilupakan. Di zaman yang lebih modern. Sebuah perjanjian yang tidak mungkin dilupakan siapapun karena menjadi fondasi keuangan modern saat ini yakni perjanjian Green Hilton Memorial Agreement antara Presiden Sukarno dengan Presiden Keneddy. Perjanjian ini menjadi polemik mengenai supremasi mata uang dolar dalam mengatur dunia modern saat ini. Menghadirkan pertanyaan tunggal siapa yang berhutang kepada Indonesia saat ini? Apakah Amerika Serikat tempat Indonesia menumpuk piutang?

Itulah yang membuat Amerika Serikat tidak memiliki masalah dengan uang? Apa itu uang? Yakni lembaran kertas yang digambar dengan tinta lalu ditetapkan sebagai uang dan manusia menerimanya. Lembaran kertas itu adalah kertas yang sama atau tidak lebih berharga dari kertas pembungkus rokok.

Uang kertas Dolar Amerika dicetak oleh The Federal Reserve, sebuah bank swasta yang memperoleh dari dirinya sendiri sebagai lembaga independen. The Fed bukan merupakan bagian dari pemerintah AS. Uang kertas yang dicetak The Fed dijual kepada pemerintah AS, Kepada bank central seluruh dunia. Lalu bank sentral seluruh dunia menjual uang tersebut kepada pemerintah sedunia dan bank bank nasional sedunia. Itulah yang mengakibatkan berapapun uang kertas dolar diprint tidak menyebabkan inflasi di AS saja namun inflasi didistribusikan menjadi beban seluruh umat manusia, negara miskin atau kaya, orang miskin atau orang kaya semua ikut menanggung.

Kunjungan Presiden Prabowo ke Amerika Serikat salah satunya adalah untuk memburu kertas uang dolar ini. Karena diburu oleh semua negara maka kertas uang dolar ini menjadi berharga. Meskipun orang tidak tahu apa yang ada di belakang kertas itu sehingga berharga. Uang kertas dolar yang diprint The Fed diutangkan kepada pemerintah AS dan selanjutnya diutangkan kepada pemerintah Indonesia. Indonesia membayar bunga bukan hanya atas utangnya sendiri namun juga membayar bunga atas utang AS. Berkali kali bayar bunga.

Seandainya Green Hilton Agreement berbunyi otoritas untuk memprinting uang Adalah Bank Indonesia (BI), lalu bank Indonesia menghutangkan kepada Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Indonesia menghutangkan kepada AS? Tentu situasi akan menjadi lain. Sekarang bisa kah Presiden Prabowo dalam lawatan ke AS menegosiaikan hal ini? Saya rasa ada jalannya. Mengapa? Karena The Federal Reserve sudah dicabut mandatnya entah oleh siapa, tidak boleh memprinting uang kertas lagi. Wallahualam.@

*) Direktur Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia (AEPI)

 

Komentar
Loading...