Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Denok Deblong #1

Sang Penari

Oleh: Jendra Wiswara

Malam Suro, dalam penanggalan Jawa, adalah malam perubahan tahun. Malam dimana bintang-bintang di langit bergeser. Alam berubah mengikuti guratan cahaya langit. Malam, di mana garis nasib diubah. Malam para penari menghaturkan sesaji, untuk perubahan hidupnya…

Dua hari setelah malam Suro. Kata orang, itu hari biasanya para penari mulai mempersiapkan diri. Bersih-bersih. Siap untuk turun gunung.

Usai malam Suro, para penari biasanya akan menemukan jati dirinya lagi. Mereka akan menghimpun lagi kekuatan mistisnya, untuk ditebar bersama suara gamelan.

Lereng Gunung Wilis, satu dari sekian banyak tempat yang dihuni penari. Bukan sembarang penari. Mereka biasanya menari di acara-acara hajatan kampung.

Penari Gunung Wilis, konon, bisa memancarkan aura, yang membuat lelaki mana saja bertekuk lutut.

Bukan bertekuk lutut karena syahwatnya yang bergejolak. Melainkan bertekuk lutut sebagai manusia yang butuh cinta, butuh belaian, butuh kasih-sayang, dan yang paling penting: sebagai lelaki yang menjadi perkasa buat dirinya.

* * *

Lereng Gunung Wilis membentang dari Nganjuk, Kediri, hingga Trenggalek. Agak susah untuk mencari di mana persisnya penari-penari itu berada.

Dari cerita orang-orang tua, ada sebuah nama desa di lereng Gunung Wilis. Di situ, katanya, lahir penari-penari yang mempunyai aura mistis.

Perjalanan menuju desa yang disebut itu, tidak mudah. Jalanan licin dan becek. Berbahaya jika tak hati-hati.

Jalanan begitu indah. Suasana teduh. Pepohonan begitu rimbun. Tak ada bising suara kendaraan. Udara begitu segar.

Di dekat sebuah belantara lereng Gunung Wilis, ada sebuah pedukuhan. Di situlah pernah lahir penari yang mempunyai aura mistis.

Sekarang, sudah tak banyak lagi penari-penari yang mempunyai aura mistis. Penari jaman sekarang asal bisa goyang pantat dan membuat lelaki mengeluarkan liur.

Nini Denok. Begitu saja nama penari yang ada di pedukuhan tersebut.

Seluruh pedukuhan tahu siapa Nini Denok.

Bahkan sampai turun ke bawah lereng Gunung Wilis; semua orang tahu nama Denok. Ada yang memanggilnya Denok Deblong karena kebahenolannya.

Agak susah mencari Nini Denok. Apalagi menyebut namanya. Sebab, orang-orang di pedukuhan selalu menatap curiga.

Ya, mencari penari di pedukuhan itu, apalagi lelaki asing, membuat orang di situ selalu punya anggapan negatif.

Mungkin hanya Nini Denok, penari yang menebar pesona dan aura mistis, dan mungkin penari sejaman dengannya.

Sedang penari-penari yang baru bermunculan, mereka hanya jual tampang. Asal bisa menggoyang pantat, mengerlingkan mata, dan menyeret lelaki untuk membayarnya.[bersambung]

 

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...