Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Pasar Bong Surganya Calon Jemaah Haji

Selama ini Pasar Bong menjadi salah satu surga bagi calon jemaah haji untuk membeli pernak-pernik hingga oleh-oleh haji.

REKAYOREK.ID Sejak dibuka sebagai wisata malam, hanya wisata kuliner di jalan Kembang Jepun, yang menjadi daya tarik pengunjung. Rumah Abu Han di Jalan Karet sempat dibuka untuk umum ketika pembukaan. Selanjutnya wisata malam Pecinan hanya terfokus di jalan Kembang Jepun.

Sementara Rumah Abu Han terlihat kembali tutup. Meski ada klenteng di pojokan jalan Coklat dan Slompretan, namun keberadaannya juga tutup. Pun demikian dengan Pasar Bong di jalan Slompretan.

Selama ini Pasar Bong buka siang hari dan mulai tutup di petang hari. Malam hari jelas tutup. Dalam rangka mendukung wisata malam Pecinan, pemerintah membuka Pasar Bong pada malam hari, mulai 30 Desember 2022.

Pasar Bong berada di Jalan Slompretan dan langsung menghadap ke jalan Kopi yang membujur dari barat ke timur. Selama ini Pasar Bong menjadi salah satu surga bagi calon jemaah haji untuk membeli pernak-pernik hingga oleh-oleh haji.

Berangkat dari namanya, Pasar Bong, Bong berarti kuburan Cina. Sebelum mulai berkembang menjadi pasar pada 1970-an, area ini memang sebuah komplek kuburan Cina, yang diduga sudah ada sejak 1700-an. Komplek kuburan Cina ini memang berada di Kampung Pecinan Surabaya.

Komplek pemakaman Cina tahun 1930-an yang sekarang menjadi pasar. Foto: repro

 

Komplek kuburan ini bersebelahan dengan kuburan keluarga taipan Cina yang bermarga Han di eranya (1700-an). Kuburan keluarga Han ini berada di bagian belakang rumah yang dijadikan sebagai Rumah Abu. Namanya Rumah Abu Han yang beralamat di jalan Karet yang dulu bernama Chinesevoorstraat.

Melihat prasasti yang tertempel pada dinding bangunan, keluarga Han ini sebelumnya bermukim di Lasem, Jawa Tengah, kemudian pindah ke Surabaya pada kisaran awal abad 18. Di pekarangan belakang rumah ini terdapat makam keluarga yang hingga sekarang masih bisa diidentifikasi keberadaannya.

Area makam keluarga Han ini persis bersebelahan dengan komplek Pemakaman Cina dan hanya dipisah oleh tembok batas rumah. Makam keluarga Han di barat tembok. Pemakaman Cina, Bong, di timur batas tembok.

Sekarang sisa sisa kuburan Cina, yang bernama Bong, menjadi area pasar yang bernama Pasar Bong. Secara umum bekas area kuburan Cina sudah beralih fungsi, yakni menjadi pasar dan permukiman warga. Semua bangunan, baik rumah maupun toko, berdiri pada bong bong tua. Bongnya sudah hilang, tapi jika diperhatikan dengan seksama masih terlihat bagian bagian dari bong.

Ada yang menyisakan pinggiran kontruksi makam dan keberadaan rumah yang bertengger di ketinggian tanah. Ketinggian tanah ini adalah bentuk dari makam yang umumnya terdapat gundukan tanah. Keberadaan gang gang yang meliuk liuk menggambarkan kontur tanah dan model setiap makam.

Komplek pemakaman Cina yang sekarang menjadi pasar. Foto: repro

 

Sekarang di are pasar ini menjadi kawasan padat penduduk dengan aktivitasnya sebagai pedagang.

Penataan

Pasar Bong yang selama ini buka di siang hari, akan dijadikan pasar malam (night market). Tujuannya untuk mendukung kawasan wisata Pecinan di Kembang Jepun. Selama beberapa hari ini kesibukan penataan di pasar sudah terlihat. Dari pengamatan penulis pada Rabo malam, 28 Desember 2022, terlihat para pekerja dan satgas pemerintah Kota Surabaya mengebut pekerjaan.

Mereka adalah tenaga yang dikerahkan oleh Lurah Bongkaran untuk kegiatan pembongkaran di area Pasar Bong, yang dipersiapkann untuk destinasi Wisata Belanja Malam. Sasaran pembongkaran yaitu kanopi yang sudah jelek dan menonjol melebihi batas kavling toko, pelepasan banner dan spanduk yang sudah usang. Selain itu juga pengecatan paving koridor koridor pasar dan pemasangan lampu.

Mereka yang terlibat dalam proses penataan ini, menurut laporan dari kelurahan adalah Sekel Bongkaran, Kasi Bangtib Bongkaran, Bhabinsa, Bhabinkamtibmas, Surya 34 Tim Cakra, Satpol PP Kecamatab Pabean Cantikan, Satpol PP Bongkaran dan Satgas DSDABM. Kegiatan pasar malam ini dikoneksikan dengan wisata kuliner di Kembang Jepun.

Area pemakaman Pecinan yang telah menjadi kawasan permukiman sejak dari era kolonial. Salah satu rumah dari era kolonial yang masih berdiri hingga sekarang. Foto: nanang

 

Dari pengamatan lapangan pada Rabo malam (28 Desember 2022) ditemui ternyata masih ada keraguan warga setempat tentang operasional pasar malam. Adalah Moenik dan Lilik, yang tidak lain adalah warga dan pedagang di pasar.

Mereka menyampaikan bahwa ada pedagang yang masih belum tau bagaimana mekanisme pasar malam nantinya. Sebab bagi para pedagang, membuka pasar di malam hari adalah menyangkut tenaga kerja yang harus lembur. Bagi pemilik toko, lembur adalah beaya yang harus dikeluarkan. Sementara mereka belum yakin akan ada pembeli yang belanja di malam hari atau akan ada orang yang berkunjung di pasar di malam hari.

Ini menjadi keragu raguan pedagang di Pasar. Menurut Moenik, pedagang yang bertempat tinggal di dalam pasar, mungkin akan partisipatif mulai membuka di malam hari.

“Mungkin yang mulai membuka toko adalah pedagang seperti saya yang memang warga di sini. Tapi bagi pemilik toko yang tidak tinggal di sini, mereka harus datang ke toko dan juga melemburkan karyawan. Lembur adalah beaya buat mereka”, terang Moenik.

Penataan Pasar Bong oleh personil kelurahan Bongkaran. Foto ist

 

Sementara itu menurut Lilik, pedagang yang sekaligus warga di Pasar Bong mengatakan bahwa prosentase pedagang yang bermukim di pasar dan yang tinggal di luar pasar, perbandingannya 30 persen dan 70 persen.

“Ada sekitar 30 persen yang tinggal disini yang mungkin akan mengawali meramaikan pasar malam. Tapi harus ada yang bisa menarik perhatian agar orang orang mau datang ke Pasar Bong di malam hari”, jelas Lilik yang sudah tinggal di sini sejak lahir.

Menurutnya pasar Bong ini mulai ada di kisaran tahun 1970-an sejak terjadinya musibah kebakaran Pasar Turi.

“Ya, sejak pasar Turi terbakar dulu, lalu ada orang yang datang ke sini dan mulai membuka toko”, tambah Lilik.

Pasar Turi pernah mengalami musibah kebakaran lebih dari sekali. Pertama kali terbakar pada tahun 1970-an. Sejak itulah Komplek pemakaman Cina, Bong, mulai menjadi pasar.

Riwayat

Sebelum menjadi pasar, area pemakaman Cina ini sudah mulai ditempati warga sejak dari era Hindia Belanda. Berdasarkan foto foto lama yang dijepret para 1930-an, didalam area makam sudah ada rumah rumah, yang jika diamati secara arsitektural, menggambarkan langgam arsitektur pada akhir abad 19. Misalnya ada bangunan Indische yang berasal dari era 1880-an.

Selain bangunan yang terbuat dari konstruksi bata, layaknya bangunan dari era Kolonial, disini juga terdapat rumah rumah orang pribumi yang terbuat dari kayu dan bambu yang menempel pada makam makam. Bong Bongnya sendiri pada 1930-an masih sangat terlihat, sebagaimana terbingkai dari foto foto lama.

Ukuran setiap Bong ini cukup besar. Gundukan bong tinggi tinggi. Gundukan tanah bong ini masih terlihat hingga sekarang, yang lahannya telah berdiri rumah rumah pada ketinggian elevasi tanah.

Sekarang makam Cina telah beralih fungsi menjadi pasar dan permukiman. Ketika pasar Bong ini dijadikan sebagai kawasan tujuan wisata, maka hendaknya tidak mengubur Bong. Jangan sampai kuburan itu terkubur oleh peradaban baru.

Sebagian dari struktur Bong yang masih terlihat. Foto: nanang

 

Karenanya, sebagai kawasan tujuan wisata, Pasar Bong hendaknya tidak hanya menyajikan wisata belanja, tapi juga merawat peradaban sebagai bagian dari sejarah Surabaya.

Untuk itu sisa sisa makam harus dijaga sebagai bagian dari atraksi wisata. Sisa sisa kuburan harus dihighlight sebagai bagian dari narasi wisata. Di titik titik sisa kuburan harus diperhatikan. Misalnya diberi penerangan, ditata agar rapi dan bila perlu dicat dan diberi tanda.

Warga setempat mempercayai bahwa di dalam pasar ini terdapat 2 punden. Satu punden terletak di bagian barat pasar yang dikenal dengan punden Buyut Tonggo, namanya Shech Sin Abdur Rahman.

“Buyut Tinggo ini orang Cina yang beragama Islam. Sedangkan punden di bagian timur pasar adalah orang Cina, yang sekarang makamnya sudah hilang karena didirikan bangunan toko”, jelas juru kunci makam Buyut Tonggo.

Dari sisa sisa peradaban masa lalu, hendaknya bisa dijadikan atraksi dengan narasi yang bagus dan mendidik untuk memberi nilai tambah dari makam yang sekarang telah menjelma menjadi pasar dan permukiman. Pasar Bong adalah namanya.@Nanang

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...