Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Rempah Rempah Dan Poros Maritim Dunia

Oleh: Nanang Purwono

MUHIBAH Budaya Jalur Rempah dengan menggunakan Kapal Dewa Ruci telah diberangkatkan dari Pangkalan Armada Dua Surabaya pada Rabo, 1 Juni 2022. Kapal Muhibah ini membawa pemuda pemudi pilihan dari 34 propinsi di Indonesia untuk napak tilas jalur rempah Nusantara.

Mengawali napak tilas ini, mereka diajak menjelajah kawasan Kalimas dan pasar legendaris Pasar Pabean yang menjadi saksi bisu dinamika perdagangan rempah rempah di Surabaya dari masa ke masa, bahkan hingga sekarang. Mereka dipandu oleh komunitas pegiat sejarah, Begandring Soerabaia. Pemuda pemudi pilihan dinamakan Laskar Rempah.

Selain diperkenalkan terhadap jejak rempah di Nusantara, mereka diharapkan bisa, menjadi agen yang menggelorakan kembali kejayaan rempah yang kini tidak sejaya dulu. Mereka akan memperkenalkan rempah rempah melalui lima pilar rempah yang menjadi ajang diplomasi. Yaitu seni, budaya, ramuan, Historia dan fashion.

Indonesia Poros Maritim Dunia

Muhibah dengan berlayar mengarungi samudra ini karena secara faktual Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan (Archipelagic State). Posisinya berada di antara dua samudra (Samudra Pasifik dan Samudra Hindia) dan dua benua (Benua Asia dan Benua Australia). Artinya Indonesia berada persis di tengah tengah titik persimpangan.

Posisi silang inilah yang sesungguhnya bisa menjadi pintu bagi Indonesia dalam pembangunan ekonomi karena akses ke pasar dunia terbuka dengan luas. Bahkan secara internasional, posisi ini membuat Indonesia sangat strategis, terutama dalam bidang ekonomi dan militer. Hal ini telah terbukti dengan posisi strategis yang dimainkan oleh Majapahit di abad 14.

Karenanya dengan posisi alami ini, Indonesia bersifat oceanik yang bercorak maritim. Sehingga secara hukum, Indonesia ditetapkan sebagai negara kepulauan dan sekaligus negara maritim sebagaimana tertuang pada United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982. Indonesia disebut Negara Kepulauan (Archipelagic State).

Bagi Indonesia, laut sendiri menjadi sumber kekayaan negara yang melimpah dan sepertinya tidak ada habis habisnya. Selain itu, laut juga menjadi ajang diplomasi dunia sehingga terjalinlah hubungan antar negara baik yang bersifat bilateral maupun multilateral.

Karena letaknya yang sangat strategis ini, maka Indonesia bisa disebut sebagai Poros Maritim Dunia. Presiden Joko Widodo pada sambutannya di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Timur 2015, Myanmar, pernah menegaskan bahwa dirinya bertekad menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.

Apa Poros Paritim Dunia memiliki tujuan? Tujuannya adalah menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang besar, kuat, dan makmur melalui pengembalian identitas Indonesia sebagai bangsa maritim, pengamanan kepentingan dan keamanan maritim, memberdayakan potensi maritim untuk mewujudkan pemerataan ekonomi Indonesia.

Majapahit Kerajaan Maritim

Di era Kerajaan Majapahit, khususnya ketika di bawah perintah Hayam Wuruk (1350-1389), ternyata Kerajaan Majapahit berhasil memerintah dan menguasai seluruh Nusantara, sebagai bangsa yang berdaulat.

Akhirnya Majapahit di bawah Hayam Wuruk menjadi kerajaan maritim yang jaya, merupakan kekuasaan besar di Asia Tenggara, kombinasi sekaligus pengganti dua kerajaan besar sebelumnya, Mataram kuno – negara pertanian, dan Sriwijaya – negara maritim.

Mungkinkah sebuah Negara maritim berkembang dan mencapai puncak kejayaan tanpa didukung angkatan laut yang kuat? Tentu saja tidak!

Ternyata, pada 1343, Gajah Mada bersama Laksamana Nala sudah mampu menaklukkan Nusantara Timur yang dimulai dari Bali, Lombok, Sumbawa, Seram, Sulawesi, dan berakhir di Dompo.

Angkatan laut Majapahit di bawah komando Laksamana Nala merupakan angkatan laut terbesar dan terkuat di dataran Asia Tenggara. Dengan kekuatan kurang lebih 40.000 tentara menjadikan Majapahit sebagai sebuah negara adikuasa yang disegani di kawasan Asia Tenggara bahkan kekaisaran China.

Surabaya Pangkalan Armada Majapahit

Dalam buku “Kisah Para Kesatria Penjaga Samudra” karya Agus Soeroso dan “Majapahit Peradaban Maritim” karya Irawan Joko menceritakan bahwa, Laksamana Nala menempatkan gugus kapal perang yang jumlahnya puluhan untuk menjaga lima titik penting di perairan Nusantara.

Armada Gugus Pertama bertugas di sebelah barat pulau Sumatera sebagai gugus kapal perang yang menjaga samudera Hindia.

Armada Gugus Kedua, kapal perang yang penjaga Laut Kidul atau sebelah selatan Pulau Jawa.

Armada Gugus Ketiga bertugas menjaga perairan selat Makasar dan wilayah Ternate, Tidore, dan Halmahera.

Armada Gugus Keempat menjaga Selat Malaka dan Kepulauan Natuna.

Armada Gugus Kelima menjaga Laut Jawa hingga ke arah timur sampai kepulauan rempah-rempah Maluku.

Surabaya menjadi pintu gerbang kekuatan Gugus Kelima ini. Armada armadanya bertugasnya menjaga keamanan kapal-kapal dagang pembawa rempah-rempah yang berlayar melalui Selat Sunda menuju India dan Timur Tengah.

Selain itu Armada Jawa termasuk armada yang berkekuatan besar karena tugasnya menjaga pusat istana kerajaan Majapahit dan sekaligus menguasai jalur laut menuju kepulauan rempah-rempah Maluku.

Surabaya Simpul Jalur Rempah
Sejak di era Majapahit, peran Surabaya sudah terlihat yang salah satunya sebagai bagian dari pangkalan angkatan laut yang bertugas mengawal kapal rempah rempah.

Tidak heran jika jejak rempah rempah teridentifikasi di Surabaya. Bahkan keberadaan rempah rempah masih langgeng hingga sekarang. Diprediksi rempah rempah masih akan ada di Surabaya.

Ketika pemerintah Indonesia melalui Kemendikbudrustek berupaya agar rempah rempah Nusantara mendapat pengakuan UNESCO, Surabaya bisa berkontribusi data dan fakta bahwa ternyata Surabaya menjadi saksi transaksi dan sirkulasi perdagangan rempah yang sudah ada di era Majapahit pada abad 14 dan 15. Bakhan sebelum masa Majapahit.

Tentu dengan pengakuan UNESCO bahwa rempah rempah sebagai warisan dunia yang berasal dari Indonesia, maka keberadaannya akan turut memperkuat diplomasi Indonesia, sekaligus meneguhkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.

Dalam rangka mencapai pengakuan dunia, langkah-langkah pengembangan dan pemanfaatan rempah melalui berbagai bentuk diplomasi kegiatan harus terus dilakukan. Ajang diplomasi ini adalah lima pilar rempah yang berupa kegiatan seni, budaya, ramuan, historis dan fashion. Tujuannya agar spirit kejayaan rempah-rempah bisa hidup kembali menjadi nilai dan gaya hidup dalam masyarakat.@

*) Ketua Perkumpulan Begandring Soerabaia

Komentar
Loading...