Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Rizal Ramli, Pemikir Pejuang dan Pejuang Pemikir

Oleh: Sukmadji Indro Tjahyono

SAYA kenal Rizal Ramli sejak masuk Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1973, ketika bersama-sama menjadi aktivis mahasiswa. Saya banyak aktif di pers kampus, sedang Rizal lebih banyak aktif di Dewan Mahasiswa ITB (DM ITB).

Waktu Rizal Ramli punya gagasan bikin Gerakan Anti Kebodohan (GAK) saya bertukar pikiran dengan dia. Terus terang saya mengkritik, karena yang dibutuhkan saat itu adalah gerakan politik melawan Suharto.

Rizal Ramli Mulai Pilih Jalan Politik

Sedangkan saya bersama Alhilal Hamdi dan M Iqbal ketika menjadi Presidium Pejabat Ketua DM ITB, memilih jalan politik. Kami bersama Dewan Mahasiswa dan Senat Mahasiswa yang lain mencetuskan Ikrar Mahasiswa Indonesia pada 28 Oktober 1977, sebagai platform gerakan nasional melawan Suharto. Ikrar ini disertai dengan kesepakatan bersama agar semua kampus perguruan tinggi seluruh Indonesia melakukan aksi turun ke jalan menurunkan Suharto.

Sikap Rizal ini akhirnya berubah saat Heri Akhmadi menjadi Ketua Dewan Mahasiswa ITB 1977. Heri Akhmadi bersama Rizal Ramli lebih gila lagi, karena DM ITB mengeluarkan deklarasi “Tidak Mempercayai dan Mengakui Suharto sebagai Presiden” pada 16 Januari 1978. Hanya kurang dari 2 minggu Heri Akhmadi ditangkap. ITB kemudian membentuk Gugus Tugas (Task Force), saya masuk dalam Gugus Tugas itu untuk melanjutkan peran serta Kampus ITB dalam perlawanan menjatuhkan Suharto yang semakin masif.

Sebagai pemikir pejuang Rizal Ramli mencetuskan perlunya dibuat buku perjuangan mahasiswa yang lebih konseptual dalam bentuk Buku Putih Perjuangan Mahasiswa 1978.

Buku Putih yang disusun bersama Irzadi Mirwan, Abdul Rachim, dan Joseph Manurung akhirnya tersebar ke seluruh Indonesia.

Sejak saat itu gerakan mahasiiswa bersama gerakan rakyat tidak lagi dapat dibendung, setelah Pangdam Siliwangi Himawan Sutanto diam-diam memberi dukungan.

Dipenjara dan Diadili

TNI atas perintah Suharto memberi reaksi keras atas demonstrasi yang terjadi di semua kampus perguruan tinggi dari Sabang sampai Merauke. Perguruan Tinggi diliburkan selama 1 tahun ini sebagai reaksi terhadap rencana mahasiswa lakukan Mogok Belajar.

Ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi ditangkap termasuk para guru besar. Setelah dilakukan pemeriksaan, 600 aktivis mahasiswa terkena wajib lapor dan 300 mahasiswa diadili.

Rizal Ramli yang menjadi perumus bersama penulis Buku Putih lain juga dipenjara dan diadili di Bandung. Sedangkan ratusan mantan Ketua Dewan Mahasiswa dan Senat Mahasiwa dipenjara dan diadili di kota-kota lain.

Sementara mantan aktivis ITB lain mendirikan organisasi untuk melanjutkan pengkaderan di berbagai kampus. Rizal Ramli bicara kepada saya, “Saya harus melanjutkan belajar ke luar negeri. Kita butuh perubahan yang tidak sekedar menjatuhkan rejim, tetapi harus membangun sistem yang benar”.

Setelah Rizal Ramli menyelesaikan studi dari luar negari, ia memanggil saya untuk ketemu. Saya benar-benar takjub, karena ia rupanya tetap konsisten untuk melanjutkan perjuangan mahasiswa sebelumnya. Rizal Ramli menanyakan pada saya tentang peta dan sampai mana gerakan mahasiswa atau gerakan masyarakat sipil di Indonesia saat ini. Mungkin ia tahu bahwa saya masih tetap memberdayakan gerakan mahasiswa dan mengorganisir rakyat.

Mulai Masuk Kekuasaan

Beberapa kali Rizal mengatakan kepada saya: “Kita perlu masuk dalam kekuasaan Ndro. Hanya dengan cara itu kita dapat memperbaiki negeri ini dengan membuat kebijakan yang pro rakyat”.

Saya sendiri kemudian masuk dalam partai politik (HANURA) yang kemudian dikecam oleh teman-teman, karena HANURA adalah partainya tentara. Apalagi pledoi waktu saya waktu diadili berjudul “Indonesia di Bawah Sepatu Lars”.

Sementara karena kedekatannya dengan Gus Dur dan Megawati, Rizal Ramli diangkat menjadi Kepala Bulog dan kemudian Menko Perekonomian.

Beberapa kebijakan brilian dilakukan Rizal saat melakukan normalisasi sehingga Bulog mengalami surplus. Pada saat Rizal menjabat menjadi Menko Perekonomian mencanangkan 10 Program Percepatan Pemulihan Ekonomi antara lain meningkatkan kesejahteraan rakyat pedesaan.

Berangkat dari kesadaran yang sama bahwa gagasan tanpa kekuasaan adalah ilusi, sejak saat itu saya lebih dekat dengan Rizal Ramli.

Saya selalu menemani Rizal Ramli ketika hadir dalam acara-acara politik atau menemui para elit kekuasaan. Kami berdua terlibat dalam pencalonan presiden pada 2019 dengan sengit, walau kadang-kadang berbeda tentang prediksi siapa yang akan menang.

Tidak Sekedar Ingin Jabatan

Saya lebih dahulu prefer bahwa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menang, tetapi agak terlambat akhirnya Rizal Ramli juga mendukung SBY. Ada 5 pihak yang mendorong saya masuk dalam kabinet SBY. Namun karena adanya konflik antara SBY dan Jusuf Kala (JK), maka JK yang menyusun kabinet.

Pada pukul 02.30 pagi ada Tim Sukses SBY yang tilpun saya memberi tahu bahwa 2 menit lagi JK akan tilpun Rizal Ramli. Karena saya sahabat Rizal, maka ia meminta saya: “Tolong Mas, kalau nanti ditilpun JK, RR disarankan agar mau menerima jabatan menjadi Menteri Perindustrian”. Rupanya saya agak terlambat tilpun Rizal, setelah mengangkat tilpun ia mengatakan: “Tawaran Jusuf Kala sudah saya tolak Ndro”.

Peristiwa itu menunjukkan bahwa Rizal Ramli tidak haus jabatan, ia adalah seorang yang sangat komit terhadap profesionalisme. Rizal tetap ingin menekuni bidang ekonomi secara profesional dan perubahan ekonomi secara struktural seperti ilmu yang dipelajarinya.

Setiap datang ke rumahnya Rizal Ramli sering menghadiahi tamunya dengan buku termasuk kapada saya yang diambil dari rak bukunya yang panjang.

Konsisten Wujudkan Etika dan Prinsip Keilmuan

Komitmen Rizal Ramli terhadap moralitas dan profesionalitas keilmuan seperti tidak bisa ditawar-tawar. Ia selalu berbicara dengan data, itulah mengapa setiap menjadi pembicara diskusi, ia selalu medeseminasikan data-data yang faktual. Dapat dipahami mengapa ia sangat kesal berada di lingkungan yang mempermainkan etika dan moral keilmuan dan profesionalme, dengan mencetuskan istilah penguasa dan pengusaha (Pengpeng).

Pada saat ia diberi kedudukan Menjadi Menko Maritim oleh Presiden Joko Widodo, saya sudah menduga pasti ia tidak akan bertahan lama menduduki posisi itu. Saya dengar ia selalu ribut pada Rapat Terbatas (RATAS) Kabinet, karena kebijakan-kebijakan di era Presiden Joko Widodo selalu terkontaminasi dengan kepentingan bisnis pejabat. Rizal Ramli tidak mampu menahan diri saat menghadapi kasus reklamasi di Jakarta Utara yang penuh dengan praktek kongkalikong.

Kasus itulah yang menjadi pemicu Rizal Ramli diberhentikan sebagai Menko Kemaritiman dalam mempertahankan prinsip-prinsip ekonomi, sosial, kemaritiman dan lingkungan hidup.

Setelah itu terlihat Rizal Ramli lebih bebas melakukan kritik atas kebijakan Presiden Joko Widodo yang semakin sukar dipahami dari aspek etika dan keilmuan. Sampai saat terakhir Rizal Ramli masih berada di tengah-tengah kawan-kawan yang bersikap kritis terhadap pemerintah.@

*) Aktivis Pergerakan 77-78

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...