Bisnis Tembakau Rokok Diawali dari Jember Sejak Abad 19
REKAYOREK.ID Tembakau sudah lama dikenal di Indonesia. Sebelum pertengahan abad 19, kebun tembakau memang sudah ada.
Sejak tahun 1850, khususnya di Jawa Timur, kebun tembakau mulai dikembangkan oleh George Bernie, sosok berkebangsaan Belanda di daerah Jember. (Landbouw Maatschappij Oud Djember).
Tidak hanya di Jember, kala itu George Bernie bersama rekan rekan lainnya di daerah lain juga mulai mengembangkan komoditi perkebunan seperti kopi, tebu, karet, dan nila.
George birnie ini setidaknya menjadi pemrakarsa usaha tembakau di Jember yang tepatnya pada 21 oktober 1859 bersama Mathiesen dan Van Gennep mendirikan perusahaan perkebunan dengan nama NV Landbouw Maatschappij Oud Djember (LMOD).
Hingga sekarang perkebunan di Jember tidak hanya bersifat natural, tapi juga kultural. Tembakau menjadi bagian dari sebuah tradisi lokal yang juga turut tumbuh dan berkembang di Jember.
Tembakau dan merokok sudah bagian penting dalam struktur masyarakat karena ada nilai ekonomi di balik itu.
Setiap masa panen tiba, kerabat keluarga petani tembakau yang sudah tinggal di luar kota akan kembali pulang kampung untuk membantu aktivitas masa panen. Mengiringi aktivitas itu adalah tumbuhnya nilai ekonomi yang berdampak pada mereka.
Pabrik pabrik rokok pun menjadi mesin penghasil ekonomi (uang) bagi masyarakat sekitar dan bahkan mendatangkan devisa bagi negara. Sering kita mendengar bahwa tembakau dibatasi, rokok dilarang di beberapa tempat dan merokok membahayakan kesehatan, justru cukai rokok itu sendiri menyumbang untuk sponsorship olahraga yang menyehatkan.
Di kota Surabaya, toko dan tempat penjual tembakau sudah dimana mana. Salah satunya ada di Jalan Kedungdoro Surabaya. Beraneka jenis tembakau ada di sini. Barangnya tinggal linting dan hisap.
Apapun, pada akhir dan kenyataan, bahwa tembakau membentuk tradisi kedaulatan bangsa. Sementara kretek, yang merupakan campuran dari tembakau dengan cengkeh itu, menjadi kekhasan Indonesia.
Sejak dahulu, memang sudah ada catatannya. Bahkan, rokok sudah ada sejak zaman Sultan Agung. Ini artinya produksi tembakau memang sudah ada. Perjalanannya sampai kini, yang salah satunya adalah membentuk tradisi kedaulatan nasional.
Terkait dengan Aksara Jawa yang tengah dipasang oleh Pemerintah Kota Surabaya dan dikampanyekan oleh komunitas Aksara Jawa, Puri Aksara Rajapatni, pedagang tembakau ini juga turut berkampanye melalui penamaan tokonya yang ditulis dalam Aksara Jawa. Sangat sederhana, tapi mengena.
Toko tembakau ini banyak didatangi pelanggan yang tentu saja tulisan Aksara Jawa pada tembok menarik perhatian mereka. Aksara Jawa menjadi simbol kultural sebagaimana tembakau itu sendiri. Aksara Jawa dan tembakau adalah tradisi yang harus dijaga dan dilestarikan.@nanang