Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Denok Deblong #7

Dicap Negatif

Oleh: Jendra Wiswara

Nini Denok masih ingat betul. Waktu itu, ia masih berusia tujuh belas tahun. Hari itu, ia harus menari sebagai penari, di sebuah pesta.

Baginya, tak ada masalah dengan tarian yang akan ia tampilkan. Ia sudah bertahun-tahun berlatih bersama ibunya, berbagai tarian.

Yang jadi masalah, selama bertahun-tahun itu, ia hanya menari di depan ibunya, dan di depan orang-orang yang dikenalnya.

Dan malam itu, ia harus menari di depan orang yang sama sekali tidak ia kenal.

Ya, malam itu Nini Denok menggantikan posisi ibunya. Setelah beberapa bulan ibunya meninggal dunia, Nini Denok tak punya pilihan. Ia harus menjadi penari agar tetap bisa menghidupi kakek dan neneknya. Juga, dirinya.

“Malam itu adalah malam pertama aku menjadi penari.”

Nini Denok menari di rumah seorang tuan tanah yang paling kaya dan terpandang di daerahnya. Waktu itu, sang tuan tanah menggelar pesta untuk acara khitanan anaknya.

Malam itu, Nini Denok menari. Pantatnya yang masih padat, lekuk tubuhnya yang masih perawan, menjadi pusat perhatian.

Sayang, Nini tak mau menceritakan bagaimana malam itu ia diperkosa. Ia memilih untuk menyimpan cerita itu di dalam hatinya saja.

***

Nini Denok berhenti bercerita dan menyuruh tamunya mandi. Udara begitu dingin. Malam itu suasana begitu indah.

Ada kopi. Ada lampu ublik. Ada singkong. Dan, ada udara dingin yang membuat semua orang bisa menikmati apa yang ada di situ.

Nini Denok keluar dari kamar. Ia sudah berdandan. Ala kadarnya. Terlihat, perempuan itu memperhatikan betul perawatan tubuhnya.

“Nini sudah empat kali ini kawin cerai. Ngomong-ngomong, mengapa cerai sama suami-suami yang dulu,” tiba-tiba saja pertanyaan itu meluncur.

Nini Denok tersenyum.

“Kalau soal urusan kepuasaan, semua sama saja. Aku merasa puas dengan semua mantan suamiku. Urusan batin bukan kebutuhan utama buat aku. Yang membuat kami berpisah ya biasa soal perbedaan prinsip,’’ kalimatnya pelan tapi sangat serius.

Nini Denok diam beberapa saat. Kemudian, dia berkata lagi. Katanya, menikah bagi ia bukan cuma mengejar kepuasaan di ranjang saja. Tapi, kadang ada stigma buruk bagi perempuan yang kawin cerai, akan semakin dibicarakan banyak orang. Dan, akan semakin banyak orang yang mengejarnya. Tapi perpisahan Nini Denok juga bukan karena hal itu.

“Ya masalah prinsip saja. Kemudian banyak orang menganggap negatif. Apalagi saya penari. Ya sama seperti janda-janda pada umumnya.”

Bobot ketenaran Nini Denok saat dia dicap sebagai perempuan tukang kawin.

“Padahal itu hanya gara-gara kondisi yang membuat saya harus berpisah dengan suami-suami. Tapi entahlah kenapa kemudian orang banyak membicarakan status saya.”

Penari, dengan kecantikan dan kemolekan tubuhnya, memang tak pernah lepas dari laki-laki. Dan semua itu tergantung dari sikap masing-masing penarinya.[bersambung]

 

 

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...