Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Ketika Era Digital Mempengaruhi Karya Sastra

REKAYOREK.ID Pakar sastra Unesa, Dr Tengsoe Tjahjono membagikan tips dan kiat menulis karya sastra di era digital. Hal itu disampaikan dalam seminar nasional bertema Isu Mutakhir dalam Studi Pembelajaran dan Sastra Indonesia.

Dalam seminar nasional yang juga menghadirkan pemateri dari dosen UINSA, pakar linguistik Prof Dr phil Kamal Yusuf, SS M Hum itu Tengsoe Tjahjono, memberikan pemaparan mengenai sastra di abad digital dan pembelajarannya.

Sebagai pengantar, dia menjelaskan tentang perkembangan mesin ketik dari era revolusi industri 1.0 hingga revolusi industry 3.0 serta terciptanya smartphone.

Dosen yang sudah menghasilkan 50 karya buku itu mengatakan bahwa keinginannya dalam setiap puisi yang ditulis adalah agar pembaca atau penikmat dapat berkomunikasi melalui puisinya.

“Seringkali saya merasa selama ini pembaca yang heterogen belum bisa mengenal puisi hanya karena belum menangkap makna dan pesannya,” ungkapnya.

Tengsoe menyatakan, perkembangan teknologi di era digital memengaruhi hasil karya sastra. Dia mencontohkan munculnya AI atau Artificial Intelligence yang bisa mewujudkan sebuah karya.

“AI merupakan kecerdasan yang ditambahkan kepada suatu sistem yang bisa diatur dalam konteks ilmiah. Melalui AI dapat membantu menciptakan berbagai ragam sastra,” terangnya.

Ragam sastra di era digital ini, jelas dia, terdiri atas sastra siber, sastra digital, dan sastra multimedia. Sastra digital dapat diakses oleh audiens yang lebih besar secara global.

“Bisa diakses melalui komputer, tablet, dan smartphone serta dapat diakses kapan saja dan dimana saja,” imbuhnya.

Sastra cyber lebih, tambahnya, banyak dijumpai di kalangan remaja saat ini sebab dirasa lebih mudah dalam penggunaannya. Seperti wattpad, webtoon, dan sosial media lainnya.

Lebih lanjut, pencetus pentigraf (cerpen tiga paragraf) itu menegaskan bahwa kritik sastra tak hanya tentang estetika, tapi bagaimana bisa berpikir kritis dan cara merespon terhadap lingkungan sekitar.

“Sebab menghasilkan karya sastra bermula dari sebuah objek,” ujarnya.

Dia juga terus memberikan tempaan kepada mahasiswa untuk terus berkarya, utamanya di bidang sastra.

“Kita harus menjaga bahasa indonesia sebagai identitas negara indonesia, salah satunya melalui karya sastra,” tandas seniman berprestasi tahun 2012 itu.@Nadia Putri Maharani

*) Penulis adalah Mahasiswi Prodi S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...