Rekayorek.id, Portal berita dan wadah berbagi kreativitas

Memoar Wartawan Biasa-Biasa #16

Gosip Artis

Oleh: Amang Mawardi

Adalah Kholili Ilyas wartawan Jawa Pos yang akrab dengan distributor film (Amerika Serikat dan Indonesia) di Surabaya.

Sebagai Seksi Film PWI Jawa Timur, saya sering bekerja-sama dengan Kholili Ilyas untuk memutar sejumlah film –terutama film lokal– di beberapa gedung bioskop kelas AA di Surabaya. Setelah pemutaran film, dilanjut diskusi.

Karena tidak semua suka diskusi, setelah film selesai, separuh undangan meninggalkan gedung bioskop. Selebihnya mengikuti diskusi, antara lain mendengar pembicara budayawan Gatut Kusumo dari Surabaya dengan moderator Kholili Ilyas.

Kalau tidak salah, dua kali diputar film Indonesia untuk kemudian didiskusikan itu, yaitu film Detik-Detik Cinta Menyentuh (sutradara: Ali Shahab; pemain Tanty Yosepha, Roby Sugara, Rano Karno) dan film Kenangan Desember (sutradara: Ami Prijono; pemain: Tanty Yosepha, Roy Marten).

Untuk kerja-sama ini Kholili tidak minta kompensasi uang, cuma acara pemutaran film dan diskusi supaya disiarkan di TVRI Stasiun Surabaya.

Setelah Seksi Film PWI Jawa Timur mengirim surat permohonan, oleh TVRI Stasiun Surabaya ternyata tidak saja diberitakan pada siaran regional, tetapi juga diangkat menjadi berita nasional, disiarkan di Stasiun Pusat.

Waktu itu yang jadi kepala TVRI Stasiun Surabaya Pak Azis Husein yang ayah penyanyi Izmi Azis. Pada sekian waktu kemudian, Pak Aziz menjadi Direktur TVRI Pusat.

Masih di seputar 1981, tahun dimana mengadakan pemutaran dan diskusi film itu, saya (dan istri) diundang oleh Kholili Ilyas untuk menghadiri launching film Jangan Ambil Nyawaku di gedung bioskop Mitra kompleks Balai Pemuda.

Film ini disutradarai Sophan Sophiaan berdasarkan novel Titi Said. Bintangnya: Lenny Marlina dan Frans Tumbuan.

Saat pembuatan film itu, beredar gosip Lenny Marlina ada main dengan Frans Tumbuan. Rupanya diawali dengan cinta lokasi.

Kabar burung ini timbul tenggelam beredar bertahun-tahun.

Rima Melati yang istri Frans Tumbuan, gosipnya “membalas” nyerempet-nyerempet bahaya dengan aktor Ray Sahetapy yang istri penyanyi Dewi Yull.

Tahun 1988, saya dan wartawan Sam Abede Pareno (waktu itu belum Profesor Doktor) sebagai wakil Jawa Timur, ditunjuk PWI Jatim untuk mengikuti pelatihan wartawan tentang seluk beluk perfilman di Pusat Perfilman Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta. Pelatihan ini berlangsung lima hari.

Sejumlah wartawan dari berbagai wilayah di Indonesia mengikuti pelatihan ini. Penyelenggaranya Bidang Perfilman PWI Pusat yang waktu itu ketua bidang tersebut adalah Chaidir Rachman. Bahkan Pak Chaidir yang mengantar saya dan Bung Sam ke Pusat Perfilman Usmar Ismail dengan mobil beliau Mazda keluaran terbaru dari Kantor PWI Pusat di Kebon Sirih.

Wartawan yang mengikuti pelatihan ini yang saya kenal cuma Supriyanto dari Pos Kota dan Yusuf Susilo Hartono koresponden Surabaya Post di Jakarta. Ada yang saya kenal cuma nama, tapi tidak kenal secara pribadi yaitu Tuti Gintini wartawati Sinar Harapan yang juga penyair. Suami Tuti Gintini adalah Yoseph Ginting aktor teater yang juga dosen di Institut Kesenian Jakarta.

Pada kemudian hari almarhumah Tuti Gintini yang akrab dengan Rendra dan keluarganya ini, berkarier sebagai jurnalis Metro Televisi.

Pengajar pelatihan ini tak satupun saya kenal secara pribadi, tetapi namanya cukup moncer, antara lain: Rosihan Anwar, Misbah Yusa Biran, Salim Said. Tetapi salah satu instruktur saya kenal baik, yaitu Arthur John Horoni.

Mas Arthur sebelum hijrah ke Jakarta dan berkarier di Radio ARH di kompleks TIM adalah penyiar Radio Merdeka, Surabaya.
Beliau selain penyiar, dikenal sebagai dramawan dan penyair. Juga senior di komunitas seni Bengkel Muda Surabaya.

Salah satu peserta yaitu Mas Agus yang wartawan Suara Merdeka sesudah pelatihan, akrab dengan saya. Pada akhirnya Mas Agus yang punya nama akun AwoJoss dikenal sebagai motivator manajemen dan host di Semarang.

Di lokasi pelatihan –Pusat Perfilman Usmar Ismail– saya beberapa kali menjumpai sekian pemain film, di antaranya August Melasz (waktu itu cowok belum banyak yang pakai anting, aktor ini sudah mengenakan di salah satu telinga), Syaeful Anwar (pemain Perempuan Dalam Pasungan, sekian tahun kemudian bergelar doktor), juga El Manik aktor peraih Piala Citra yang terlihat akrab dengan Tuti Gintini.

Saat itu, di lokasi yang sama juga sedang diadakan pelatihan terhadap para pekerja film. Bahkan ruangan yang kami pakai, sesekali bergantian dengan ruang yang dipakai para pekerja film tersebut.

Petang itu, kami sedang menunggu pelatihan dimulai karena ruangan sedang dipakai para pekerja film.

Tak lama kemudian pintu ruangan terbuka, muncul satu-dua orang disusul lain-lain yang tidak saya kenal. Mungkin editor, kameramen, penata lampu, pencatat skrip, dan… Rima Melati. Wanita cantik, tinggi semampai, bermata sedikit sipit ini, lantas mendekati kerumunanan para wartawan, selanjutnya mengatakan dengan sangat familiar, “apa kabar teman-teman. Mari kita sama-sama belajar, biar jadi pinter ya… ”

Rima saat itu mengenakan pakaian sangat sederhana: kaos oblong putih dan celana panjang hitam, bersandal jepit. Jauh dari kesan glamour.

Setelah itu muncul para peserta lain. Disusul… Ray Sahetapy seraya senyum-senyum. “Dua R” ini –Rima dan Ray– lantas berjalan bersama menuju parkiran.

Jadi, benar ya gosip perselingkuhan Rima Melati dengan Ray Sahetapy? Saya sih masih menganggap gosip. Kalau saya memergoki 3-4 kali mereka jalan berdua, baru bisa dibilang kebenaran. Bukan gosip lagi… Wkwkwk…

(Kalimat “kalau saya memergoki 3-4 kali” sesungguhnya analogis. Artinya, kita jangan mudah percaya gosip begitu saja. Kebenaran harus bisa dibuktikan benar-benar).@

Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari penggunaan kata yang mengandung pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Loading...